ISIM
NAKIROH DAN ISIM MA’RIFAH
Mata Kuliah“Bahasa
Arab IV”

Oleh:
1.
Muhammad
Hayyuddin (1311067)
2.
Irawati (1311043)
3.
Nur Asiah (1311076)
4.
Ulul Amri (1311113)
DosenPengampu : Siti
Robiah, M.Pd.I
Jurusan / Prodi : Tarbiyah
/ PAI
Semester : IV E
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK
BANGKA BELITUNG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Al-Quran turun
dengan bahasa Arab dikarenakan Rasulullah SAW menggunakan bahasa tersebut. Dalam
QS. Fusshilat: 44 telah dijelaskan sebagaimana yang berbunyi:
وَلَوْ جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا أَعْجَمِيًّا لَقَالُوا لَوْلَا فُصِّلَتْ
آيَاتُهُ أَأَعْجَمِيٌّ وَعَرَبِيٌّ
”Dan Jikalau
kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah
mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” apakah (patut Al
Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab?”
Dalam
pembelajaran Bahasa Arab, kata terbagi menjadi tiga yaitu isim, fi’il, dan huruf.
Namun pada makalah ini akan dibahas tentang isim saja, lebih khususnya lagi isim
nakiroh dan ma’rifah. Isim adalah kata yang bermakna namun tidak terikat dengan
waktu. Isim nakiroh merupakan isim yang maknanya masih umum, sedangkan isim
ma’rifah merupakan isim yang maknanya sudah tentu.
Dalam kehidupan sehari-hari ketika kita sedang membaca
terutama membaca kitab, pasti kita menemukan isim yang bermacam-macam. Kalau dalam
bahasa Indonesia ada kata memiliki berbagai arti ada juga yang mengandung nama
orang, julukan, kata ganti dan lain-lain. Demikian juga dalam tata bahasa arab
ada isim yang mempunyai arti nama orang,
julukan atau panggilan. Isim-isim tersebut diringkas atau dikemas
menjadi isim ma’rifat. Selain isim ma’rifat ada juga isim nakiroh, yang
merupakan kalimat isim yang maknanya masih umum atau belum pasti.
B.
Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah:
1.
Apa pengertian
isim nakiroh?
2.
Bagaimana
karakteristik isim nakiroh?
3.
Apa pengertian
isim ma’rifah?
4.
Bagaimana
pembagian isim ma’rifah?
5.
Apa perbedaan
antara isim nakiroh dan isim ma’rifah?
C.
Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari pembahasan makalah
ini adalah:
1.
Untuk mengetahui
pengertian isim nakiroh
2.
Untuk mengetahui
karakteristik isim nakiroh
3.
Untuk mengetahui
pengertian isim ma’rifah
4.
Untuk
mengidentifikasi pengklasifikasian isim ma’rifah
5.
Agar bisa
membedakan antara isim nakiroh dan isim ma’rifah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Isim
Nakiroh
Menurut Moch.
Anwar dalam Ilmu Nahwu; Terjemahan Al-Jurumiyah dan Imrithy Berikut
Penjelasannya, isim nakiroh ialah isim yang jenisnya bersifat umum
yang tidak menentukan suatu perkara dan lainnya.[1]
Isim nakiroh atau dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan kata indefinite
(belum pasti). Secara sederhana, definisi atau ta’rifnya adalah isim
yang memiliki arti yang bersifat umum atau global.
Pakar nahwu
lainnya memndefinisikan isim nakiroh sebagai isim yang layak masuk alif lam (ال).[2]
Contoh رَجُلٌ artinya laki-laki (yang tidak
ditentukan siapa laki-laki itu sehingga masih bersifat umum). Pada kata رَجُلٌ di atas maknanya masih umum dan masih
butuh penjelasan, oleh karena itu isim nakirah harus diberi alif lam (ال) yang
bisa mema’rifatkan (mengkhususkan) isim tersebut.
B.
Karakteristik Isim
Nakiroh
Syaikh Ibn
Malik menyatakan dalam kitabnya:
نَكِرَةٌ
قَابِلُ أَلْ مُؤَثِرًا # أَوْ وَاقِعٌ مَوْقِعٌ مَا قَدْ ذُكِرَ[3]
“Isim nakirah menerima alif lam (ال) yang membekas atau
isim yang menempati kedudukan isim yang menerima alif lam (ال) yang telah di
sebutkan alif lam”.
Maksudnya adalah isim nakirah itu bisa menerima alif lam
(ال)
dan setelah kemasukan alif lam tersebut menyebabkan kema’rifatannya.[4]
Contoh رَجُلٌ (laki-laki) menjadi الرَّجُلُ (seorang laki-laki).
Adapun lafaz yang tidak menerima alif lam (ال) tetapi
menempati tempatnya lafaz yang bisa menerima alif lam (ال), contoh dalam
lafadz :
-
lafaz ذُوْ yang
bermakna صَاحِبٌ (orang yang memiliki)
-
lafaz مَنْ
istifham atau syarat yang bermakna إِنْسَانٌ (orang)
-
lafaz ما istifham
atau syarat yang bermakna شَيْئٌ (sesuatu)
Lafaz-lafaz di atas tidak bisa menerima alif lam (ال), tetapi
makna yang digunakan bisa menerima alif lam (ال), oleh karenanya juga termasuk isim
nakirah. Sedangkan lafaz yang dapat menerima alif lam (ال) tetapi tidak
menyebabkan kema’rifatannya tidak di sebut isim nakirah, seperti lafadz اْلعَبَّاسُ.
C.
Pengertian Isim
Ma’rifah
Menurut Moch.
Anwar dalam Ilmu Nahwu; Terjemahan Al-Jurumiyah dan Imrithy Berikut
Penjelasannya, isim ma’rifah ialah lafaz yang menunjukkan benda
tertentu.[5]
Isim ma’rifah atau dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan kata definite
(pasti). Secara sederhana definisi atau ta’rifnya adalah isim yang
memiliki arti yang bersifat khusus atau spesifik. Contoh: زَيْدٌ, kata zaidun menunjukkan orang yang
bernama zaid, الرَّجُلُ yang berarti seorang laki-laki.
Adanya alif
lam pada suatu kalimat isim menunjukkan bahwa kalimat tersebut ialah isim
ma’rifah. Akan tetapi ada pula alif lam itu tidak menjadikan
D.
Pembagian Isim
Ma’rifah
Isim ma’rifat
dibagi menjadi enam macam yaitu:[6]
1.
Isim dhamir
(kata ganti) ialah lafadz yang menunjukkan pada mutakallim, mukhathab dan
ghaib.
Contoh: هُوَ, هُمَا,
هُمْ, هِيَ, هُمَا, هُنَّ, أَنْتَ, أَنْتُمَا, أَنْتُمْ, أَنْتِ, أَنْتُمَا, أَنْتُنَّ,
أَنَا, نَحْنُ
2.
Isim ‘alam
(nama) ialah isim yang menentukan sesuatu barang yang diberi nama secara
mutlak.
Contoh: حَبِيْبٌ, فَاطِمَةَ
3.
Isim isyarah
(kata tunjuk) ialah isim yang digunakan untuk sesuatu yang
diisyaratkan/ditunjuk.
Contoh: ذَالِكَ, تِلْكَ هَذَا, هَذِهِ,,
4.
Isim maushul
(kata sambung) ialah isim yang menunjukkan suatu kalimat tertentu dan
membutuhkan jumlah (kalimat).
Contoh: الَّذِيْنَ, الَّتِيْ,
الَّذِي
5.
Isim yang
disertai (ال)
alif lam.
Contoh: اْلرَّجُلُ,
اْلمَرْأَةُ, اْلأُسْتَاذُ
Akan tetapi berbeda dengan alif lam yang
terdapat pada isim maushul, karena alif lam tesebut lazimah (tetap) yang
tidak dapat dipisahkan.[7]
6.
Isim yang
diidhafahkan pada salah satu di antara isim ma’rifat.
Contoh: كِتَابُكَ, قَلَمُ
زَيْدٍ
E.
Perbedaan
Antara Isim Nakiroh Dan Isim Ma’rifah
Antara isim
nakiroh dan isim ma’rifah dapat dibedakan dari dua segi, yaitu segi kalimat dan
segi makna.
1.
Segi kalimat
Apabila isim
tersebut tidak ada alif lam (ال) maka dikatakan
isim nakiroh (ada pengecualian sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya), dan apabila
terdapat alif lam (ال) maka dikatakan isim ma’rifah.
Isim nakiroh
|
Isim ma’rifah
|
رَجُلٌ
|
اْلرَّجُلُ
|
Contoh:
2.
Segi makna
Apabila lafaz
isim tersebut memiliki makna yang masih umum atau belum tentu maka termasuk
kepada isim nakiroh, dan apabila lafaz isim tersebut memiliki makna yang sudah
tentu maka termasuk kepada isim ma’rifah.
Isim nakiroh
|
Isim ma’rifah
|
(buku) كِتَابٌ
|
(buku kamu) كِتَابُكَ
|
Contoh:
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Isim
nakiroh ialah isim yang jenisnya bersifat umum yang tidak menentukan
suatu perkara dan lainnya. Isim nakirah
itu bisa menerima alif lam (ال) dan setelah kemasukan alif lam tersebut menyebabkan
kema’rifatannya. Contoh رَجُلٌ (laki-laki) menjadi الرَّجُلُ (seorang laki-laki).
Isim
ma’rifah ialah lafaz yang menunjukkan benda tertentu atau sudah pasti
suatu perkara tersebut. Isim ma’rifat
dibagi menjadi enam macam yaitu isim dhamir, isim ‘alam, isim isyaroh, isim
maushul, isim yang kemasukan alif lam (ال), dan isim yang idhofah.
Antara
isim nakiroh dan isim ma’rifah dapat dibedakan dari dua segi, yaitu segi
kalimat dan segi makna. Apabila isim tersebut tidak ada alif lam (ال) maka dikatakan isim nakiroh (ada pengecualian sebagaimana
telah dijelaskan sebelumnya), dan apabila terdapat alif lam (ال) maka dikatakan
isim ma’rifah. Apabila lafaz
isim tersebut memiliki makna yang masih umum atau belum tentu maka termasuk
kepada isim nakiroh, dan apabila lafaz isim tersebut memiliki makna yang sudah
tentu maka termasuk kepada isim ma’rifah.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai
materi pokok yang menjadi pembahasan dalam makalah ini. Saya sadari tentunya
masih banyak kekurangan dan kelemahannya, dikarenakan terbatasnya pengetahuan
kami, sumber ataupun referensi yang berhubungan dengan judul makalah ini.
Harapan penulis terhadap semua pembaca bisa
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi kesempurnaan
atau kelengkapan daripada makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
penulis khususnya juga para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Moch. 2005. Ilmu Nahwu;
Terjemahan Al-Jurumiyah dan Imrithy Berikut Penjelasannya.
Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Bisyri Musthofa Ar-Rombani. TT. Syarah
Nadzom Al-Sarfi Al-Umriti. Kudus: Pustaka
Mathbaah Menara Kudus.
Fahmi, Akrom. 2002. Ilmu Nahwu
dan Sharaf 3 (Tata Bahasa Arab). Jakarta: RajaGrafindo
Persada.
Mu’minin, Iman Saiful. 2009. Kamus
Ilmu Nahwu dan Sharaf. Jakarta: Amzah.
Muhammad ibn Abdullah ibn Malik
Al-Andalusi. TT. Alfiyah ibn Malik Fi Al- Nahw
wa Sharf. Kudus: Pustaka Mathbaah Menara Kudus.
[1] Moch. Anwar, Ilmu
Nahwu; Terjemahan Al-Jurumiyah dan Imrithy Berikut Penjelasannya, (Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 2005), hlm. 108
[2] Iman Saiful
Mu’minin, Kamus Ilmu Nahwu dan Sharaf, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 254
[3] Muhammad ibn
Abdullah ibn Malik Al-Andalusi, Alfiyah ibn Malik Fi Al-Nahw wa Sharf,
(Kudus: Pustaka Mathbaah Menara Kudus, TT), hlm. 30
[4] Bisyri
Musthofa Ar-Rombani, Syarah Nadzom
Al-Sarfi Al-Umriti, (Kudus: Pustaka Mathbaah Menara Kudus, TT), hlm.
41-42
[5] Moch. Anwar, Ilmu
Nahwu; Terjemahan Al-Jurumiyah dan Imrithy....., hlm. 105
[6] Muhammad ibn
Abdullah ibn Malik Al-Andalusi, Alfiyah ibn Malik....., hlm. 30
[7] Iman Saiful
Mu’minin, Kamus Ilmu Nahwu dan Sharaf....., hlm. 255
Syukron..
BalasHapusJazakumullahu Khayr untuk antum semua yang sudah memberi ilmu