Sabtu, 04 Februari 2017

ISIM NAKIROH DAN ISIM MA’RIFAH

ISIM NAKIROH DAN ISIM MA’RIFAH

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah“Bahasa Arab IV”
Oleh:
1.      Muhammad Hayyuddin    (1311067)
2.      Irawati                               (1311043)
3.      Nur Asiah                          (1311076)
4.      Ulul Amri                          (1311113)
DosenPengampu         : Siti Robiah, M.Pd.I
Jurusan / Prodi            : Tarbiyah / PAI
Semester                      : IV E

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK
BANGKA BELITUNG
2015

BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Al-Quran turun dengan bahasa Arab dikarenakan Rasulullah SAW menggunakan bahasa tersebut. Dalam QS. Fusshilat: 44 telah dijelaskan sebagaimana yang berbunyi:
وَلَوْ جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا أَعْجَمِيًّا لَقَالُوا لَوْلَا فُصِّلَتْ آيَاتُهُ أَأَعْجَمِيٌّ وَعَرَبِيٌّ
”Dan Jikalau kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab?”
Dalam pembelajaran Bahasa Arab, kata terbagi menjadi tiga yaitu isim, fi’il, dan huruf. Namun pada makalah ini akan dibahas tentang isim saja, lebih khususnya lagi isim nakiroh dan ma’rifah. Isim adalah kata yang bermakna namun tidak terikat dengan waktu. Isim nakiroh merupakan isim yang maknanya masih umum, sedangkan isim ma’rifah merupakan isim yang maknanya sudah tentu.
Dalam kehidupan sehari-hari ketika kita sedang membaca terutama membaca kitab, pasti kita menemukan isim yang bermacam-macam. Kalau dalam bahasa Indonesia ada kata memiliki berbagai arti ada juga yang mengandung nama orang, julukan, kata ganti dan lain-lain. Demikian juga dalam tata bahasa arab ada isim yang mempunyai arti nama orang,  julukan atau panggilan. Isim-isim tersebut diringkas atau dikemas menjadi isim ma’rifat. Selain isim ma’rifat ada juga isim nakiroh, yang merupakan kalimat isim yang maknanya masih umum atau belum pasti.



B.            Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.             Apa pengertian isim nakiroh?
2.             Bagaimana karakteristik isim nakiroh?
3.             Apa pengertian isim ma’rifah?
4.             Bagaimana pembagian isim ma’rifah?
5.             Apa perbedaan antara isim nakiroh dan isim ma’rifah?

C.           Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari pembahasan makalah ini adalah:
1.             Untuk mengetahui pengertian isim nakiroh
2.             Untuk mengetahui karakteristik isim nakiroh
3.             Untuk mengetahui pengertian isim ma’rifah
4.             Untuk mengidentifikasi pengklasifikasian isim ma’rifah
5.             Agar bisa membedakan antara isim nakiroh dan isim ma’rifah









BAB II
PEMBAHASAN

A.           Pengertian Isim Nakiroh
Menurut Moch. Anwar dalam Ilmu Nahwu; Terjemahan Al-Jurumiyah dan Imrithy Berikut Penjelasannya, isim nakiroh ialah isim yang jenisnya bersifat umum yang tidak menentukan suatu perkara dan lainnya.[1] Isim nakiroh atau dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan kata indefinite (belum pasti). Secara sederhana, definisi atau ta’rifnya adalah isim yang memiliki arti yang bersifat umum atau global.
Pakar nahwu lainnya memndefinisikan isim nakiroh sebagai isim yang layak masuk alif lam (ال).[2] Contoh رَجُلٌ artinya laki-laki (yang tidak ditentukan siapa laki-laki itu sehingga masih bersifat umum). Pada kata رَجُلٌ di atas maknanya masih umum dan masih butuh penjelasan, oleh karena itu isim nakirah harus diberi alif lam (ال) yang bisa mema’rifatkan (mengkhususkan) isim tersebut.
B.            Karakteristik Isim Nakiroh
Syaikh Ibn Malik menyatakan dalam kitabnya:
نَكِرَةٌ قَابِلُ أَلْ مُؤَثِرًا # أَوْ وَاقِعٌ مَوْقِعٌ مَا قَدْ ذُكِرَ[3]
“Isim nakirah menerima alif lam (ال) yang membekas atau isim yang menempati kedudukan isim yang menerima alif lam (ال) yang telah di sebutkan alif lam”.
Maksudnya adalah isim nakirah itu bisa menerima alif lam (ال) dan setelah kemasukan alif lam tersebut menyebabkan kema’rifatannya.[4] Contoh رَجُلٌ (laki-laki) menjadi الرَّجُلُ (seorang laki-laki).
Adapun lafaz yang tidak menerima alif lam (ال) tetapi menempati tempatnya lafaz yang bisa menerima alif lam (ال), contoh dalam lafadz :
-               lafaz ذُوْ yang bermakna صَاحِبٌ (orang yang memiliki)
-               lafaz مَنْ istifham atau syarat yang bermakna إِنْسَانٌ (orang)
-               lafaz ما istifham atau syarat yang bermakna شَيْئٌ (sesuatu)
Lafaz-lafaz di atas tidak bisa menerima alif lam (ال), tetapi makna yang digunakan bisa menerima alif lam (ال), oleh karenanya juga termasuk isim nakirah. Sedangkan lafaz yang dapat menerima alif lam (ال) tetapi tidak menyebabkan kema’rifatannya tidak di sebut isim nakirah, seperti lafadz اْلعَبَّاسُ.

C.           Pengertian Isim Ma’rifah
Menurut Moch. Anwar dalam Ilmu Nahwu; Terjemahan Al-Jurumiyah dan Imrithy Berikut Penjelasannya, isim ma’rifah ialah lafaz yang menunjukkan benda tertentu.[5] Isim ma’rifah atau dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan kata definite (pasti). Secara sederhana definisi atau ta’rifnya adalah isim yang memiliki arti yang bersifat khusus atau spesifik. Contoh: زَيْدٌ, kata zaidun menunjukkan orang yang bernama zaid, الرَّجُلُ yang berarti seorang laki-laki.
Adanya alif lam pada suatu kalimat isim menunjukkan bahwa kalimat tersebut ialah isim ma’rifah. Akan tetapi ada pula alif lam itu tidak menjadikan
D.           Pembagian Isim Ma’rifah
Isim ma’rifat dibagi menjadi enam macam yaitu:[6]
1.             Isim dhamir (kata ganti) ialah lafadz yang menunjukkan pada mutakallim, mukhathab dan ghaib.
Contoh: هُوَ, هُمَا, هُمْ, هِيَ, هُمَا, هُنَّ, أَنْتَ, أَنْتُمَا, أَنْتُمْ, أَنْتِ, أَنْتُمَا, أَنْتُنَّ, أَنَا, نَحْنُ 
2.             Isim ‘alam (nama) ialah isim yang menentukan sesuatu barang yang diberi nama secara mutlak.
Contoh: حَبِيْبٌ, فَاطِمَةَ
3.             Isim isyarah (kata tunjuk) ialah isim yang digunakan untuk sesuatu yang diisyaratkan/ditunjuk.
Contoh: ذَالِكَ, تِلْكَ هَذَا, هَذِهِ,,
4.             Isim maushul (kata sambung) ialah isim yang menunjukkan suatu kalimat tertentu dan membutuhkan jumlah (kalimat). 
Contoh:  الَّذِيْنَ, الَّتِيْ, الَّذِي
5.             Isim yang disertai (ال) alif lam.
Contoh: اْلرَّجُلُ, اْلمَرْأَةُ, اْلأُسْتَاذُ
Akan tetapi berbeda dengan alif lam yang terdapat pada isim maushul, karena alif lam tesebut lazimah (tetap) yang tidak dapat dipisahkan.[7]
6.             Isim yang diidhafahkan pada salah satu di antara isim ma’rifat. 
Contoh: كِتَابُكَ, قَلَمُ زَيْدٍ

E.            Perbedaan Antara Isim Nakiroh Dan Isim Ma’rifah
Antara isim nakiroh dan isim ma’rifah dapat dibedakan dari dua segi, yaitu segi kalimat dan segi makna.
1.             Segi kalimat
Apabila isim tersebut tidak ada alif lam (ال) maka dikatakan isim nakiroh (ada pengecualian sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya), dan apabila terdapat alif lam (ال) maka dikatakan isim ma’rifah.
Isim nakiroh
Isim ma’rifah
رَجُلٌ
اْلرَّجُلُ
Contoh:




2.             Segi makna
Apabila lafaz isim tersebut memiliki makna yang masih umum atau belum tentu maka termasuk kepada isim nakiroh, dan apabila lafaz isim tersebut memiliki makna yang sudah tentu maka termasuk kepada isim ma’rifah.
Isim nakiroh
Isim ma’rifah
(buku)  كِتَابٌ
(buku kamu)  كِتَابُكَ
 Contoh:

















BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Isim nakiroh ialah isim yang jenisnya bersifat umum yang tidak menentukan suatu perkara dan lainnya. Isim nakirah itu bisa menerima alif lam (ال) dan setelah kemasukan alif lam tersebut menyebabkan kema’rifatannya. Contoh رَجُلٌ (laki-laki) menjadi الرَّجُلُ (seorang laki-laki).
Isim ma’rifah ialah lafaz yang menunjukkan benda tertentu atau sudah pasti suatu perkara tersebut. Isim ma’rifat dibagi menjadi enam macam yaitu isim dhamir, isim ‘alam, isim isyaroh, isim maushul, isim yang kemasukan alif lam (ال), dan isim yang idhofah.
Antara isim nakiroh dan isim ma’rifah dapat dibedakan dari dua segi, yaitu segi kalimat dan segi makna. Apabila isim tersebut tidak ada alif lam (ال) maka dikatakan isim nakiroh (ada pengecualian sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya), dan apabila terdapat alif lam (ال) maka dikatakan isim ma’rifah. Apabila lafaz isim tersebut memiliki makna yang masih umum atau belum tentu maka termasuk kepada isim nakiroh, dan apabila lafaz isim tersebut memiliki makna yang sudah tentu maka termasuk kepada isim ma’rifah.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi pokok yang menjadi pembahasan dalam makalah ini. Saya sadari tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, dikarenakan terbatasnya pengetahuan kami, sumber ataupun referensi yang berhubungan dengan judul makalah ini.
Harapan penulis terhadap semua pembaca bisa memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi kesempurnaan atau kelengkapan daripada makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya juga para pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Moch. 2005. Ilmu Nahwu; Terjemahan Al-Jurumiyah dan Imrithy Berikut Penjelasannya. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Bisyri Musthofa Ar-Rombani. TT. Syarah Nadzom Al-Sarfi Al-Umriti. Kudus:        Pustaka Mathbaah Menara Kudus.
Fahmi, Akrom. 2002. Ilmu Nahwu dan Sharaf 3 (Tata Bahasa Arab). Jakarta:         RajaGrafindo Persada.
Mu’minin, Iman Saiful. 2009. Kamus Ilmu Nahwu dan Sharaf. Jakarta: Amzah.
Muhammad ibn Abdullah ibn Malik Al-Andalusi. TT. Alfiyah ibn Malik Fi Al-        Nahw wa Sharf. Kudus: Pustaka Mathbaah Menara Kudus.





[1] Moch. Anwar, Ilmu Nahwu; Terjemahan Al-Jurumiyah dan Imrithy Berikut Penjelasannya, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005), hlm. 108
[2] Iman Saiful Mu’minin, Kamus Ilmu Nahwu dan Sharaf, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 254
[3] Muhammad ibn Abdullah ibn Malik Al-Andalusi, Alfiyah ibn Malik Fi Al-Nahw wa Sharf, (Kudus: Pustaka Mathbaah Menara Kudus, TT), hlm. 30
[4] Bisyri Musthofa Ar-Rombani, Syarah Nadzom  Al-Sarfi Al-Umriti, (Kudus: Pustaka Mathbaah Menara Kudus, TT), hlm. 41-42
[5] Moch. Anwar, Ilmu Nahwu; Terjemahan Al-Jurumiyah dan Imrithy....., hlm. 105
[6] Muhammad ibn Abdullah ibn Malik Al-Andalusi, Alfiyah ibn Malik....., hlm. 30
[7] Iman Saiful Mu’minin, Kamus Ilmu Nahwu dan Sharaf....., hlm. 255

1 komentar:

  1. Syukron..
    Jazakumullahu Khayr untuk antum semua yang sudah memberi ilmu

    BalasHapus